Tantangan Mereka, Pembelajaran Kita

Pengabdian sebagai seorang guru merupakan profesi yang mulia. Guru menurut saya bukan hanya sebatas mengajar, tapi juga mendidik. Mengapa?! Dengan mengajar, kita mentranster pengetahuan dan keterampilan akademis  kepada peserta didik. Sedangkan mendidik, bagaimana kita sebagai seorang guru mampu mengarahkan serta membentuk kepribadian muriduntuk bersikap, bermoral dan memiliki akhlak yang baik sehingga muridmampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik secara pribadi maupun lingkungan sosial.

Miris melihat realita anak zaman now, banyak murid yang kehilangan etika sopan santun kepada orang lain atau orang yang dituakan. Apabila muridtidak ada yang mengarahkan, semakin luntur ­unggah-ungguh yang seharusnya tetap dipegang teguh. Hal inilah yang menjadi pertimbangan utama sebagai seorang guru, kita harus mampu mendidik dan mengajar muriduntuk generasi bangsa mendatang, karena dua elemen tersebut merupakan elemen yang penting dalam pendidikan.

Dari permasalahan di atas, dunia pendidikan tak kan lepas dari persoalan-persoalan silih berganti yang muncul dari peserta didik. Persoalan inilah yang menjadikan tantangan yang saya hadapi. Jika saya kaitkan dengan mata pelajaran yang saya ampu, tantangan utama saya adalah rendahnya minat baca dan semangat belajar anak.

Hal ini diperparah dengan kondisi anak yang sebagian besar lebih nyaman dengan gadget, game serta pernak-pernik yang disuguhkan oleh internet yang akhirnya menjadikan anak semakin kepincut dan malas untuk belajar serta bersosialisasi dengan lingkungan. Sedangkan tantangan berikutnya adalah tantangan intern anak terkait dengan rendahnya atau krisis perilaku, akhlak serta moral muridyang semakin komplek.

Krisis perilaku, akhlak serta moral anak mengakibatkan mulai hilangnya karakter baik mereka serta memunculkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kurangnya/hilangnya kedisplinan dan ketertiban terhadap peraturan yang telah ditetapkan, bully-ing, sikap menantang guru, serta mengabaikan guru yang sedang mengajar.

Tantangan di atas, bukanlah suatu hal yang seketika bisa diselesaikan, butuh proses dan strategi untuk mengendalikannya. Seperti halnya, bagaimana kita mampu meningkatkan daya tarik anak untuk minat membaca dan semangat belajar? Memang tak mudah, apalagi saat ini anak lebih suka dengan melihat gambar atau video daripada membaca. Saya berusaha untuk menyesuaikan esensi apa yang akan dipelajari muridserta memahami kebutuhan muridmateri dengan keadaan lingkungan.

Mengajak anak untuk mengubah mindset “Membaca itu hal yang menyenangkan”. Boleh dicoba, tapi ingat semua butuh proses dan strategi! Sedangkan tantangan intern muridpada krisis perilaku, akhlak serta moral dalam menanganinya tidak boleh gegabah karena setiap permasalahan ini memiliki penanganan yang berbeda.

Misalnya, Kurangnya kedisplinan dan ketertiban peserta didik, mari awali dari diri kita sebagai guru untuk tak bosan-bosannya mengingatkan muridserta menerapkan disiplin kelas dengan memberikan contoh, menjalin kerjasama dengan guru lain, wali kelas serta civitas madrasah. Masih banyak lagi persoalan yang muncul terkait dengan krisis perilaku, akhlak dan moral. Selain kita perlu menangani dan menyelesaikannya, ternyata tantangan ini mampu menambah pendewasaan kita sebagai seorang guru.

Mengajar tak melulu mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan. Mengajar dan mendidik harus berjalan beriringan dan perlu adanya kerjasama dari beberapa pihak. Sedangkan secara pribadi, dalam mendidik dan mengajar, prinsip saya adalah ikhlas dan sabar. 

Sebagai seorang guru saya berkomitmen, meski tak seberapa kontribusi yang saya berikan kepada dunia pendidikan, namun dengan keikhlasan saya dalam mengabdi, insyaAllah kelak kan mampu membawa anak menjadi calon pemimpin di kemudian hari. Doa tak henti, harapan akan selalu ada, karena masa depan tidak akan hilang.

Berprofesi menjadi guru tidak hanya semata mencari cuan, namun bagaimana membuktikan “Pengabdian Tanpa Batas”. Saya gunakan istilah ini, karena dari pengalaman kenyataan yang saya lalui, 18 tahun mengabdi sebagai guru honorer. Meskipun saat ini masih dengan status tersebut, dalam hati tak bergeming dengan rintangan yang melintang.

Meski tak seberapa yang didapatkan, tetap ikhlas untuk mengabdi, mendidik, mengajar. Ingatlah wahai bapak ibu guru, masa depan anak bangsa ada di tangan kita. Jangan lengah karena suatu hal. Tetap rangkul, selalu dukung, dan berikan secercah penerang sebagai pandangan masa depan anak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *